Emphiema thoraksis adalah penyakit yang ditandai dengan adanya penumpukan cairan terinfeksi atau pus pada kavitas pleural (Brunner and Suddart, 2000). Emphiema thorak juga dapat berarti adanya proses supuratif pada rongga pleura.
B. ETIOLOGI
1. Infeksi yang berasal dari dalam paru :
a. Pneumonia
b. Abses paru
c. Bronkiektasis
d. TBC paru
e. Aktinomikosis paru
f. Fistel Bronko-Pleura
2. Infeksi yang berasal dari luar paru :
a. Trauma Thoraks
b. Pembedahan thorak
c. Torasentesi pada pleura
d. Sufrenik abses
e. Amoebic liver abses
C. PATHOFISIOLOGI DAN PATHWAYS
Akibat invasi basil piogenik ke pleura akan mengakibatkan timbulnya radang akut yang diikuti pembentukan eksudat serous. Dengan banyaknya sel PMN yang mati akan meningkatkan kadar protein dimana mengakibatkan timbunan cairan kental dan keruh. Adanya endapan-endapan fibrin akan membentuk kantong-kantong yang melokalisasi nanah tersebut.
Apabila nanah menembus bronkus, timbul fistel bronkus pleural. Sedangkan bila nanah menembus dinding thorak dan keluar melalui kulit disebut emphiema nesessitasis. Emphiema dapat digolongkan menjadi akut dan kronis. Emphiema akut dapat berlanjut ke kronis. Organisasi dimuli kira-kira setelah seminggu dan proses ini berjalan terus sampai terbentuknya kantong tertutup.
D. TANDA DAN GEJALA
1. Emphiema akut
Panas tinggi dan nyeri pleuritik
Adanya tanda-tanda cairan dalam rongga pleura
Bila dibiarkan sampai beberapa minggu akan menimbulkan toksemia, anemia, dan clubbing finger
Nanah yang tidak segera dikeluarkan akan menimbulkan fistel bronco-pleural
Gejala adanya fistel ditandai dengan batuk produktif bercampur dengan darah dan nanah banyak sekali
2. Emphiema kronis
Disebut kronis karena lebih dari 3 bulan
Badan lemah, kesehatan semakin menurun
Pucat, clubbing finger
Dada datar karena adanya tanda-tanda cairan pleura
Terjadi fibrothorak trakea dan jantung tertarik kea rah yang sakit
Pemeriksaan radiologi menunjukkan cairan
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Foto thorak
b. Tes kultur dan kepakaan dari drainase hasil aspirasi dari pleura
F. KOMPLIKASI
Fistel Bronko pleura
Syok
Sepsis
Gagal jantung kongesti
G. PENATALAKSANAAN
Pengosongan nanah
Antibiotika
Penutupan rongga emphiema
Pengobatan kausal
Pengobatan tambahan
H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Biodata
b. Riwayat kesehatan : pernah mengalami pembedahan thorak, menderita abses paru, TBC, Pneumonia
c. Data obyektif :
Suhu tubuh diatas normal saat inflamasi akut pleura
Perkusi paru redup
Tidur miring kea rah yang sakit
Pernafasan cupping hidung
Ekspansi dada asimetri
Penurunan atau tidak terdengar bunyi nafas diatas area yang terkena
Batuk produktif
Malaise
Keletihan
Takikardia, takipnea
Foto dada
Torasentesis
GDA : Pa O2 < style="font-weight: bold;">
I. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan ketidakedekuatan ekspansi dada (penumpukan udara/cairan)
Intervensi :
Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan
Perhatikan gerakan dada dan posisi trakea, auskultasi bunyi nafas setiap 2 jam sampai 4 jam
Yakinkan dan cobalah menenangkan pasien. Baringkan pasien dalam posisi untuk mendapatkan pernafasan optimal dalam posis duduk dengan kepala tempat tidur ditinggikan 60-70 derajat
Berikan terapi oksigen via kanul dengan 2-6 L/mnt sesuai pesanan kecuali ada kontra indikasi
Monitor tanda-tanda vital setiap 2-4 jam
Hindari peregangan, atau gerakan yang mendadak. Berikan dukungan emosional, tetaplah bersama pasien setelah periode ansietas tinggi.
Teruskan dengan perawatan akut dan mengurangi fungsi perawat sejalan dengan peningkatan kondisi pasien
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan suplai oksigen
Intervensi :
Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksemia
Pantau hasil pemeriksaan gas darah arteri
Observasi terhadap tanda penurunan upaya pernafasan
Observasi terhadap ekspansi dada yang tidak seimbang
Berikan tambahan oksigen sesuai dengan pesanan, Bantu dengan intubasi endotrakeal, dan ventilasi mekanik sesuai yang diperlukan
Pantau fungsi dan patensi selang dada. Berikan waktu istirahat untuk mengurangi kebutuhan oksigen
3. Nyeri dada berhubungan dengan factor-faktor biologis ( trauma jaringan) dan factor-faktor fisik (pemasangan selang dada)
Intervensi :
Kaji terhadap adanya nyeri (verbal dan non verbal)
Berikan anlgetik sesuai pesanan
Kaji efektifitas tindakan penurunan rasa nyeri
Berikan obat pada pasien sebelum latihan batuk/bernafas. Instruksikan pasien untuk teknik pembebatan
Amankan selang dadauntuk membatasi gerakan dan menghindari gesekan
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penatalaksanaan perawatan mandiri
Intervensi :
Kaji tingkat pengertian mengenai proses penyakit dan factor-faktor yang mempengaruhi
Jelaskan pentingnya untuk melakukan latihan sesuai dengan toleransi, untuk menghindari keletihan dan istirahat sesuai dengan rencana
Jelaskan pentingnya untuk menghindari aktifitasatau latihan yang memberikan stress, terutama olah raga kontak fisik. Jelaskan pentingnya untuk tidak merokok
Jelaskan pentingnya untuk menghindari orang yang sedang terkena infeksi terutama ISPA, Jelaskan pentingnya perawatan rawat jalan yang berkelanjutan
Diskusikan mengenaigejala yang harus dilaporkan kepada dokter
Diskusikan mengenai program pengobatan