Entries (RSS)
KLIK SALAH SATU LINK IKLAN DIBAWAH UNTUK MENGHILANGKAN KOTAK INI
.

Melakukan Asuhan Keperawatan (Askep) merupakan aspek legal bagi seorang perawat walaupun format model asuhan keperawatan di berbagai rumah sakit berbeda-beda. Seorang perawat Profesional di dorong untuk dapat memberikan Pelayanan Kesehatan seoptimal mungkin, memberikan informasi secara benar dengan memperhatikan aspek legal etik yang berlaku. Metode perawatan yang baik dan benar merupakan salah satu aspek yang dapat menentukan kualitas “asuhan keperawatan” (askep) yang diberikan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan brand kita sebagai perawat profesional. Pemberian Asuhan keperawatan pada tingkat anak, remaja, dewasa, hingga lanjut usia hingga bagaimana kita menerapkan manajemen asuhan keperawatan secara tepat dan ilmiah diharapkan mampu meningkatkan kompetensi perawat khususnya di indonesia

ASUHAN KEPERAWATAN : KARDIOMYOPATI

A. PENGERTIAN
Kardiomiopati adalah penyakit yang mengenai miokardium seara primer dan bukan sebagai akibat dari hipertensi, kelainan kongenital, katub, koroner, arterial dan perikardial (Lili Imudiarti Rilantono, dkk, 2001, hal 249).
Cardiomiopati kongestif disebut juga dengan nama Dilated Cardiomyopathy (A.H Markum, dkk, hal 615). Bentuk kardiomiopati ini digolongkan berdasarkan patologi, fisiologi dan tanda klinisnya. Penyakit ini ditandai dengan adanya dilatasi atau pembesaran rongga ventrikel bersama dengan adanya penipisan dinding otot, pembesaran atrium kiri dan stasis darah dalam ventrikel. (Susanne, C Smelzer, 2002, hal 833)

B. ETIOLOGI
Laporan Gugus Tugas WHO/ISFC tentang defisiensi dan klasifikasi kardiomiopati tahun 1980, berdasarkan etiologinya digolongkan menjadi 2 macam yaitu:
1. Tipe primer: terdiri dari penyakit otot yang tidak diketahui penyebabnya.
a. Idiopatik
b. Familial
2. Tipe sekunder : terdiri dari penyakit otot jantung dengan sebab yang diketahui atau berhubungan dengan penyakit yang mengenai sisitem organ lain.
a. Infektif
• Miokarditis virus
• Miokarditis bakteri
• Miokarditis jamur
• Miokarditis protozoa
• Miokarditis metazoa
b. Metabolik
c. Penyakit familial
• Penyakit glikogen
• Mukopolisakaridosis
d. Defisiensi
• Elektrolit
• Nutrisi
e. Kelainan jaringan ikat
• Lupus eritematosis sistemik
• Poliartritis nodusa
• Arthritis reumatoid
• Skleroderma
• Dermatomiositis
f. Infiltrasi dan granuloma
• Amiloidosis
• Sarkoidosis
• Keganasan
• Hematokromatosis
g. Neuromuskular
• Distrofi otot
• Distrofi miotonik
• Ataksia friedriech
• Penyakit refsom
h. Reaksi toksik dan sensitifitas
• Alkohol
• Radiasi
• Obat
i. Penyakit jantung peripartum
• Kehamilan multipara
• Usia lebih 30 tahun
(Lili Imudiarti Rilantono, dkk, 2001, hal 249).

D. MANIFESTASI KLINIK
• Sesak napas
• Lemah
• Orthopnea
• Dyspnea paroksimal nocturnal
• Edema perifer
• Palpitasi
• Nyeri dada ( yang tidak khas bisa timbul)
• Angina pectoris ( jika penyakit korner menyertainya)
(Lili Imudiarti Rilantono, dkk, 2001, hal 251)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Rontgen
• Menunjukkan pembesaran jantung sedang-besar
• Hipertensi vena pulmonalis
2. EKG : menunjukkan kelainan ST-T
3. Ekokardiogram : berkesan dilatasi dan disfungsi ventrikel kiri
4. Radionuklir : menunjukkan dilatasi dan disfungsi ventrikel kiri ( RVG = ; ventrikulogram radionuklid ; TI = thaliun 201)
5. Kateterisasi jantung
• Dilatasi dan disfungsi ventrikel kiri dan kanan
• Curah jantung menurun
6. Angiografi : berkesan ventrikel kiri hipokinetik difus serta dilatasi, sering disertai dengan regurgitasi mitral
7. Biopsi Endomiokard transvenus
• Digunakan pada kondisi seperti infiltrasi miokard oleh amiloid
• Berkesan inflamasi sel bundar miokardium
(Lili Imudiarti Rilantono, dkk, 2001, hal 250-251)

F. PENATALAKSANAAN
1. Tirah baring (terutama untuk penyebab yang tidak diketahui)
2. Menghindari aktivitas jasmani yang berat
3. Medikamentosa:
• Anti koagulan untuk embolisasi sistemik
• Kardiotonika seperti: amrinaon dan milrinon untuk menambah perbaikan klinik
• Kortikosteroid untuk antiinflamasi
• Antiaritmia untuk aritmia yang serius atau simtomatis.
4. Tranplantasi jantung, harus dipertimbangkan dan dilakukan bila tidak ada kontra indikasi terhadap prosedur tersebut
(Lili Imudiarti Rilantono, dkk, 2001, hal 251)

G. KOMPLIKASI
Gagal jantung
(Susanne, C Smelzer, 2002, hal 835)

H. FOKUS PENGKAJIAN

WAWANCARA
1. Keluhan utama (chief complaint)  alasan datang
2. Keluhan dan keterangan tambahan (present illness)
3. Riwayat penyakit dahulu
4. Riwayat keluarga
5. Riwayat sosio ekonomi

PEMERIKSAAN FISIK

• KU: usia, kesadaran dan keadaan emosi kenyamanan, distress, sikap dan tingkah laku klien.
• Tanda- tanda vital
1. Pernafasan
frekuensi: bradipnea?, takipnea?
Keteraturan: reguler?, irreguler?
(cheyne stoke, asmatik?) amplitudo
2. Nadi
frekuensi
regularitas
amplitudo: besarnya isi sekuncup
bentuk/ contour
isi (volume)
perabaan arteri keadaan dinding arteri
Pada tingkat lanjut tekanan nadi kecil
3. Tekanan darah
nilai normal bergantung: umur, jenis kelamin
Nilai rata- rata sistolik: 110-140 mmHg
Diastolik: 80-90 mmHg
4. Suhu badan
Metabolisme menurun, suhu menurun

Head to toe examination
1. Kepala
2. Mata: konjungtiva: anemia?
sklera, ikterus?
3. Mulut: tanda infeksi?
4. Kuping
5. Muka; ekspresi, anemia?
6. Leher: KGB? Tekanan vena jugularis externa meningkat
7. Dada: deformitas?gerakan dada?
8. Pemerikasaan perut: asites?perabaan hati dan limpa?
9. Ekstremitas
Lengan- tangan:refleks. Warna dan tekstur kulit, edema, clubbing
bandingkan arteri radialis kiri dan kanan

Pemeriksaan Khusus Jantung
1. Inspeksi
 Mid Sternal line
 Mid clavikular line
 Anterior aksilar line
 Para sternal line
2. Palpasi Jantung
 Pulsasi ventrikel kiri
 Pulsasi ventrikel kanan
 Getar jantung
Didapatkan adanya berbagai tingkat pembesaran jantung.
3. Auskultasi
Biasanya terdengar bunyi jantung ketiga dan keempat . Juga dapat timbul bising diastolik.

ARTIKEL BERKAITAN