Melakukan Asuhan Keperawatan (Askep) merupakan aspek legal bagi seorang perawat walaupun format model asuhan keperawatan di berbagai rumah sakit berbeda-beda. Seorang perawat Profesional di dorong untuk dapat memberikan Pelayanan Kesehatan seoptimal mungkin, memberikan informasi secara benar dengan memperhatikan aspek legal etik yang berlaku. Metode perawatan yang baik dan benar merupakan salah satu aspek yang dapat menentukan kualitas “asuhan keperawatan” (askep) yang diberikan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan brand kita sebagai perawat profesional. Pemberian Asuhan keperawatan pada tingkat anak, remaja, dewasa, hingga lanjut usia hingga bagaimana kita menerapkan manajemen asuhan keperawatan secara tepat dan ilmiah diharapkan mampu meningkatkan kompetensi perawat khususnya di indonesia
1. Pertama-tama anda perlu memastikan jika bahwa anda benar2 menderita influenza, karena gejala-gejala secara relatif serupa dengan gejala selesma. Jika anda sedang merasa sakit kepala , Nyeri Otot, kelelahan, mual dan muntah, sakit tenggorokan dan demam hingga menggigil dan berkeringat, ini semuanya adalah petunjuk-petunjuk yang kuat bahwa anda menderita influenza
Apa yang dapat anda lakukan??? Ada beberapa hal yang dapat anda lakukan untuk mempercepat penyembuhan gejala flu..
2. Pastikan anda menyediakan waktu yang cukup untuk proses pemulihan, jika tidak proses penyembuhan dapat berjalan lebih lambat dan menimbulkan beberapa kesulitan lain.
3. Tetap tinggal dirumah, dan banyak istirahat. Namun, Meskipun anda dianjurkan untuk tetap tinggal dirumah, beberapa latihan fisik ringan dapat dilakukan, seperti latihan peregangan yang dapat membantu meringankan anda nyeri otot dan persendianmu. Tapi tetap dalam frekuensi yang wajar untuk menghindari terjadinya hipotermia yang dapat memperlemah mekanisme pertahanan tubuh itu. Hal ini merupakan salah satu metode penyembuhan yang terbaik terutama jika dilakukan selama beberapa hari di rumah.Namun perlu diperhatikan juga bahwa faktor-faktor eksternal seperti cuaca yang tidak baik atau yang kondisi dingin dapat memperpanjang atau bahkan memperparah penyakit dan memperlambat proses penyembuhan.
4. Makanan apakah yang perlu di konsumsi ketika menderita flu??? Anda perlu untuk meningkatkan pertahanan tubuh yang efektif untuk melawan terhadap virus influensa. Makananlah makanan yang banyak mengandung vitamin C dari buah-buahan dan sayur-sayuran yang masih segar. Vitamin C memiliki kandungan antioksidan yang sempurna yang dapat membantu proses pemulihan kondisi tubuh. Sumber terbaik dari vitamin C adalah berasal dari buah-buahan, jeruk/buah sitrus, Strawberi dan Sayuran Brussel. Makan sedikit daging, ikan, sereal dan roti-roti untuk menambahkan kebutuhan zinc kepada sistem tubuh. Anda juga dapat mencoba makan beberapa makanan seperti pisang, saus apel, roti panggang kering, keju, kentang bakar, dan gandum. Ketika anda belum terbiasa makan secara teratur, makanan-makanan dengan bahan tepung dapat menjadi alternatif dalam proses transsisi untuk sistem pencernaan.
5. Banyaklah minum air putih. Tubuh dapat mendapat mengalami dehidrasi ketika anda mengalami demam, terutama ketika mengalami demam tinggi. Hidrasi yang tepat adalah hal penting, karena cairan dalam jumlah yang tepat dapat membantu prose pengeluaran toksin-toksin dari tubuh, dan semakin banyak cairan yang diminum, semakin mudah dalam proses pengeluaran mucus / lendir dari dalam tubuh ketika anda pilek. Air putih adalah yang utama, tetapi minuman untuk olahraga (pengganti ion), jus buah, dan sup-sup dapat menjadi pilihan lain. Meskipun tidak merasa haus, teruslah untuk minum secara teratur sedikit demi sedikit. Tidak mengkonsumsi minuman beralkohol sangat2 diharuskan, karena hal ini dapat menurunkan mekanisme pertahanan tubuh untuk melawan penyakit dan infeksi sekunder. untuk mengatasi sakit tenggorokan, obat kumur dapat digunakan. campurkan 1 sendok teh garam dalam 1 takaran (0,56 lt) air hangat. Lihat alternatif-alternatif lain di Natural Flu Remedies.
6. Kunjungi dokter jika usia anda lebih dari 65 tahun dan mempunyai beberapa kondisi / penyakit kronis seperti penyakit paru-paru atau penyakit jantung, atau mengalami mual muntah disertai nyeri abdominal / perut yang hebat.
7. Beberapa pengobatan umum dapat dilakukan seperti penggunaan Acetaminophen (seperti Tylenol), Aspirin dan Ibuprofen. Minum dua tablet setiap empat jam untuk mengurangi demam dan menghilangkan sakit kepala dan nyeri otot. Namun perlu diperhatikan, jangan memberikan aspirin kepada siapapun dengan usia dibawah 21 tahun, karena riset membuktikan adanya hubungan antara terjadinya Reye's Syndrome dengan pemakaian aspirin. obat batuk dan decongestant dapat membantu melegakan saluran pernafasan.
8. Terdapat beberapa obat resep termasuk Oseltamivir (Tamiflu), Amantadine, Rimantadine atau Zanamivir (Relenza). Jenis obat ini secara spesifik dibuat untuk mencegah dan mengobati influensa. Namun virus influensa yang saat ini tengah booming, H3N2 sudah resistan terhadap Amantadine dan Rimantadine. Padahal tahun 1994 disimpulkan bahwa hanya 1% dari kasus-kasus H3N2 yang resistan terhadap pengobatan ini dan hanya 9 tahun kemudian mengalami peningkatan sampai dengan di atas 90%. Tidak ada jaminan bahwa pengobatan ini akan terus bertahan di masa yang akan datang, ketika virus bermutasi ke dalam versi lain yang lebih sulit untuk di tanggulangi sehingga menjadi lebih resistan atau kebal. Dengan kata lain, pengobatan influensa terbaik saat ini bisa jadi menjadi sepenuhnya tidak efisien di masa yang akan datang.
9. Selain Pengobatan diatas, anda dapat mempertimbangkan beberapa perawatan alternatif sebagai berikut :
- Acupressure dapat dilakukan dengan melakukan pijatan pada beberapa titik tubuh untuk mengurangi gejala flu. Juga, hydrotherapy adalah suatu metoda yang dapat digunakan sebagai media untuk proses detoxifikasi tubuh. Aromatherapy dapat digunakan untuk proses recovery karena dapat merangsang pusat syaraf relaksasi dan mampu memompa neurotransmitter yang membantu meningkatkan daya tahan tubuh. Anda juga dapat mencampurkan air teh dengan beberapa tetes jeruk nipis di dalam segelas air dan obat kumur hangat.
- Bawang putih mempunyai kandungan anti virus yang baik dan dapat menjadi alternatif untuk membersihkan lendir dari selaput mukosa. Kunyah satu cengkih bawang putih sedini mungkin saat gejala-gejala influensa muncul.
Ada beberapa pengertian mengenai Mega Colon, namun pada intinya sama yaitu penyakit yang disebabkan oleh obstruksi mekanis yang disebabkan oleh tidak adekuatnya motilitas pada usus sehingga tidak ada evakuasi usus spontan dan tidak mampunya spinkter rectum berelaksasi.
Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidak adaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan ( Betz, Cecily & Sowden : 2000 ). Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir £ 3 Kg, lebih banyak laki – laki dari pada perempuan. ( Arief Mansjoeer, 2000 ).
B.Etiologi
Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri adalah diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak dengan Down syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
C.Patofisiologi
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz, Cecily & Sowden, 2002:197).
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal.
Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar ( Price, S & Wilson, 1995 : 141 ).
D.Manifestasi Klinis
Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24 – 28 jam pertama setelah lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur dengan cairan empedu dan distensi abdomen. (Nelson, 2000 : 317).
Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi dengan Penyakit Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis sebagai berikut. Obstruksi total saat lahir dengan muntaah, distensi abdomen dan ketidakadaan evakuasi mekonium. Keterlambatan evakuasi meconium diikuti obstruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala rigan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam. Adanya feses yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang khas. Bila telah timbul enterokolitis nikrotiskans terjadi distensi abdomen hebat dan diareberbau busuk yang dapat berdarah ( Nelson, 2002 : 317 ).
1.Anak – anak
aKonstipasi
bTinja seperti pita dan berbau busuk
cDistenssi abdomen
dAdanya masa difecal dapat dipalpasi
eBiasanya tampak kurang nutrisi dan anemi ( Betz cecily & sowden, 2002 : 197 ).
2.Komplikasi
aObstruksi usus
bKonstipasi
cKetidak seimbangan cairan dan elektrolit
dEntrokolitis
eStruktur anal dan inkontinensial ( pos operasi ) ( Betz cecily & sowden, 2002 : 197 )
E.Pemeriksaan Penunjang
1.Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa ditemukan :
aDaerah transisi
bGambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang menyempit
cEntrokolitis padasegmen yang melebar
dTerdapat retensi barium setelah 24 – 48 jam ( Darmawan K, 2004 : 17 )
2.Biopsi isap
Yaitu mengambil mukosa dan sub mukosa dengan alat penghisap dan mencari sel ganglion pada daerah sub mukosa ( Darmawan K, 2004 :17 )
3.Biopsi otot rektum
Yaitu pengambilan lapisan otot rektum
4.Periksaan aktivitas enzim asetil kolin esterase dari hasil biobsi isap pada penyakit ini khas terdapat peningkatan, aktifitas enzimasetil kolin esterase ( Darmawan K, 2004 : 17 )
5.Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus
( Betz, cecily & Sowden, 2002 : 197 )
6.Pemeriksaan colok anus
Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja yang menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu dari tinja, kotoran yang menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan akan terjadi pembusukan.
F.Penatalaksanaan
1.Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :
aTemporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar untuk mengembalikan ukuran normalnya.
bPembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak mencapai sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama (Betz Cecily & Sowden 2002 : 98 )
Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan seperti Swenson, Duhamel, Boley & Soave. Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang paling sering dilakukan terdiri dari penarikan usus besar yang normal bagian akhir dimana mukosa aganglionik telah diubah ( Darmawan K 2004 : 37 )
2.Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara lain :
aMembantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak secara dini
bMembantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
cMempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )
dMendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang ( FKUI, 2000 : 1135 )
Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak – anak dengan mal nutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya meningkat. Hal ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik seperti enema. Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta situasi dapat digunakan nutrisi parenteral total ( NPT )
Konsep Tumbuh Kembang Anak
Konsep tumbuh kembang anak difokuskan pada usia todler yakni 1 – 3 tahun bisa juga dimasukkan dalam tahapan pre operasional yakni umur 2 – 7 tahun. Menurut Yupi. S ( 2004 ) berdasarkan teori peaget bahwa masa ini merupakan gambaran kongnitif internal anak tentang dunia luar dengan berbagai kompleksitasnya yang tumbuh secara bertahap merupakan suatu masa dimana pikiran agak terbatas. Anak mampu menggunakan simbul melalui kata – kata, mengingat sekarang dan akan datang. Anak mampu membedakan dirinya sendiri dengan objek dalam dunia sekelilingnya baik bahasa maupun pikiranya bercirikan egesenterisme, ia tidak mahu menguasai ide persamaan terutama berkaitan dengan masalah–masalah secara logis, tetapi dalam situasi bermain bebas ia cenderung untuk memperlihatkan perilaku logis dan berakal sehat pada tahap ini akan mulai mengenal tubuhnya
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang dapat diukur dengan ukuran berat ( gram, pounnd, kilogram ). Ukuran panjang ( cm, meter ). Umur tulang dan keseimbangan metabolik ( retensi kalium dan nitrogen tubuh ). Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi yang lebih komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan ( Soetjiningsih, 1998: 1 ).
Pada pertumbuhan fisik dapat dinilai pertambahan berat badan sebanyak 2,2 Kg/ tahun dan tinggi badan akan bertambah kira – kira 7,5 cm/ tahun. Proporsi tumbuh berubah yaitu lengan dan kaki tumbuh lebih cepat dari pada kepala dan badan lorosis lumbal pada medulla spinalis kurang terlihat dan tungkai mempunyai tampilan yang bengkok. Lingkar kepala meningkat 2,5 cm/ tahun dan fontanella anterior menutup pada usia 15 bulan. Gigi molar pertama dan molar kedua serta gigi taring mulai muncul ( Betz & Sowden, 2002: 546 ).
1. Strategi Pengurangan Dampak Hospitalisasi Pada Usia Todler
Pada usia todler anak cenderung egosentris maka dalam menjelaskan prosedur dalam hubungan dengan cara apa yang akan anak lihat, dengar, bau, raba dan rasakan. Katakan pada anak tidak apa- apa menangis atau gunakan ekspresi verbal untuk mengatakan tidak nyaman.
Pada usia ini juga mengalami keterbatasan kemampuan berkomunikasi lebih sering menggunakan perilaku atau sikap. Sedikit pendekatan yang sederhana menggunkan contoh peralatan yang kecil ( ijinkan anak untuk memegang peralatan ) menggunakan permainan.
Pada usia ini menjadikan hubungan yang sulit antara anak dengan perawat diperlukan orang tua pada keadaan ini, apapun cara yang dilakukan anaka harus merupakan pertimbangan pertama. Ibu harus didorong untuk tinggal atau paling sedikit mengunjungi anaknya sesering mungkin ( Yupi, S 2004).
2.Fokus Intervensi
a.Konstipasi berhubungan dengan obstruksi ketidakmampuan Kolon mengevakuasi feces ( Wong, Donna, 2004 : 508 )
Tujuan :
1. anak dapat melakukan eliminasi dengan beberapa adaptasi sampai fungsi eliminasi secara normal dan bisa dilakukan
Kriteria Hasil
1.Pasien dapat melakukan eliminasi dengan beberapa adapatasi
2.Ada peningkatan pola eliminasi yang lebih baik
Intervensi :
1.Berikan bantuan enema dengan cairan Fisiologis NaCl 0,9 %
2.Observasi tanda vital dan bising usus setiap 2 jam sekali
3.Observasi pengeluaran feces per rektal – bentuk, konsistensi, jumlah
4.Observasi intake yang mempengaruhi pola dan konsistensi feses
5.Anjurkan untuk menjalankan diet yang telah dianjurkan
b.Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan saluran pencernaan mual dan muntah
Tujuan :
1. Pasien menerima asupan nutrisi yang cukup sesuai dengan diet yang dianjurkan
Kriteria Hasil
1.Berat badan pasien sesuai dengan umurnya
2.Turgor kulit pasien lembab
3.Orang tua bisa memilih makanan yang di anjurkan
Intervensi
1.Berikan asupan nutrisi yang cukup sesuai dengan diet yang dianjurkan
2.Ukur berat badan anak tiap hari
3.Gunakan rute alternatif pemberian nutrisi ( seperti NGT dan parenteral ) untuk mengantisipasi pasien yang sudah mulai merasa mual dan muntah
c.Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang (Betz, Cecily & Sowden 2002:197)
Tujuan :
1. Status hidrasi pasien dapat mencukupi kebutuhan tubuh
Kriteria Hasil
1.Turgor kulit lembab.
2.Keseimbangan cairan.
Intervensi
1.Berikan asupan cairan yang adekuat pada pasien
2.Pantau tanda – tanda cairan tubuh yang tercukupi turgor, intake – output
3.Observasi adanay peningkatan mual dan muntah antisipasi devisit cairan tubuh dengan segera
d.Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatanya. ( Whaley & Wong, 2004 ).
Tujuan : pengetahuan pasien tentang penyakitnyaa menjadi lebih adekuat
Kriteria hasil :
1.Pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakitnyaa, perawatan dan obat – obatan. Bagi penderita Mega Colon meningkat daan pasien atau keluarga mampu menceritakanya kembali
Intervensi
1.Beri kesempatan pada keluarga untuk menanyakan hal – hal yang ingn diketahui sehubunagndengan penyaakit yang dialami pasien
2.Kaji pengetahuan keluarga tentang Mega Colon
3.Kaji latar belakang keluarga
4.Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan serta obat – obatan pada keluarga pasien
5.Jelaskan semua prosedur yang akan dilaksanakan dan manfaatnya bagi pasien
Menggunakan liflet aatau agmbar dalam menjelaskan ( Suriadi & Yuliani, 2001: 60 ).
DAFTAR PUSTAKA
A. Price, S. (1995). Patofisiologi. Jakarta: EGC
Arief Mansjoer( 2000 ), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Betz, Cecily & Sowden. ( 2002 ). Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Alih bahasa Jan Tambayong. Jakarta : EGC
Carpenito. LJ ( 2001 ). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Alih bahasa Monica Ester. Jakarta : EGC
Darmawan K ( 2004 ). Penyakit Hirschsprung. Jakarta : sagung Seto.
Hambleton, G ( 1995 ). Manual Ilmu Kesehatan Anak di RS. Alih bahasa Hartono dkk. Jakarta : Bina Rupa Aksara
Nelson, W. ( 2000 ). Ilmu Kesehatan Anak. Alih Bahasa A Samik Wahab. Jakarta : EGC
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI ( 2000 ). Ilmu Kesehatan Anak I. Jakarta : Infomedika Jakaarta.
Suherman. ( 2000 ). Buku Saku Perkembanagn Anak. Jakarta : EGC
Suryadi dan Yuliani, R ( 2001 ) Asuhan Keperwatan Pada Anak. Jakarta : CV. Sagung Seto
Wong, Donna ( 2004 ). Keperawatan Pediatrik. Alih Bahasa Monica Ester. Jakarta : EGC
Yupi, S. (2004). Konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC
Limfoma maligna (LM) adalah proliferasi abnormal sistem lymfoid dan struktur yang membentuknya, terutama menyerang kelenjar getah bening
B.KLASIFIKASI
Limfoma Hodgkin (LH) : patologi khas LH, ada sel – sel Reed Stern berg dan/ atau sel hodgkin
Limfoma Non Hodgkin (LNH) : patologi khas non hodgkin
C.ETIOLOGI
Etiologi belum jelas mungkin perubahan genetik karena bahan – bahan limfogenik seperti virus, bahan kimia, mutasi spontan,radiasi dan sebagainya
D.PATOFISIOLOGI DAN GAMBARAN KLINIS
Proliferasi abmormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan atau penymbatan organ tubuh yang diserrang dengan gejala yang bervariasi luas. Sering ada panas yang tak jelas sebabnya, penurunan berat badan
Tumor dapat mulai di kelenjar getah bening (nodal) atau diluar kelenjar getah bening (ekstra nodal). Gejalanya tergantung pada organ yang diserang, gejala sistemik adalah panas, keringat malam, penurunan berat badan.
E.DIAGNOSTIK
Pemeriksaan minimal :
ØAnamnesis dan pemeriksaan fisik : ada tumor sistem limfoid, febris keringhat malam, penurunan berat badan, limfadenopati dann hepatosplenomegali
ØPemeriksaan laboratorium : Hb, leukosit, LED, hapusan darah, faal hepar, faal ginjal, LDH.
Pemeriksaan Ideal
ØLimfografi, IVP, Arteriografi. Foto organ yang diserang, bone – scan, CT – scan, biopsi sunsum tulang, biopsi hepar, USG, endoskopi
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan histopatologi. Untuk LH memakai krioteria lukes dan butler (4 jenis). Untuk LNH memakai kriteria internasional working formulation (IWF) menjadi derajat keganasan rendah, sedang dan tinggi
Penentuan tingkat/stadium penyakit (staging)
Stadium ditentukan menurut kriteria Ann Arbor (I, II, III, IV, A, B, E)
Perkiraan selang waktu pemberian adalah 3 – 4 minggu
Lymfoma non – hodgkin derajat keganasan tinggi (IWF)
¨StadiumIA : kemotherapy diberikan sebagai therapy adjuvant
¨Untuk stadium lain : kemotherapy diberikan sebagai therapy utama
Minimal : kemotherapynya seperti pada LNH derajat keganasan sedang (CHOP)
Ideal : diberi Pro MACE – MOPP atau MACOP – B
2.Therapy radiasi dan bedah
Konsultasi dengan ahli radiotherapy dan ahli onkology bedah, selanjutnya melalui yim onkology ( di RS type A dan B)
H.KOMPLIKASI
ØTranfusi leukemik
ØSuperior vena cava syndrom
ØIleus
KRITERIA DIAGNOSIS LNH
ØRiwayat pembesaran kelenjar getah bening atau timbulnya massa tumor di tempat lain
ØRiwayat demam yang tidak jelas
ØPenurunan berat badan 10 % dalam waktu 6 bulan
ØKeringat malam yang banyak tanpa sebab yang sesuai
ØPemeriksaan histopatologis tumor, sesuai dengan LNH
Ideal : jika klafisikasi menurut REAL, gradasi malignitas menurut International Working Formulation
LANGKAH PENTAHAPAN (STAGING)
ØPemeriksaan Laboratorium lengkap, meliputi :
¨Darah tepi lengkap termasuk retikulosit dan LED
¨Gula darah
¨Fungsi hati termasuk y – GT, albumin, dan LDH
¨Fungsi ginjal
¨Imunoglobulin
ØPemeriksaan biopsi kelenjar atau massa tumor untuk mengetahui sub type LNH, bila perlu sitologi jarum halus (FNAB) ditempat lain yang dicurigai
ØAspirasi dan biopsi sunsum tulang
ØCt – Scan atau USG abdomen, untuk mengetahui adanya pembesaran kelenjar getah bening pada aorta abdomonal atau KGB lainnya massa tumor abdomen dan metastaseske bagian intra abdominal
ØPencitraan thoraks (PA & lateral) untuk mengatahui pembesaran kelenjar media stinum, b/p CT scan thoraks
ØPemeriksaan THT untuk melihat keterlibatan cincin waldeyer terlibat dilanjutkan dengan tindakan gstroskopy
ØJika diperlukan pemeriksaamn bone scanatau bone survey untuk melihat keterlibatan tulang
ØJika diperlukan biopsi hati ( terbimbing )
ØCatat performance status
ØStadium berdasarkan Aun Amor
ØUntuk ekstra nodal stadium berdasarkan kriteria yang ada
THERAPY
Pilihan Pengobatan
ØDerajat keganasan rendah (DKR/Indolen) : pada prinsipnya simptomatik
ØKemo therapy: obat tunggal atau ganda (peroral), jika dianggap perlu (cychlopospamide, oncovin dan prednison)
ØRadiotherapy : low dose TOI + involved field radiotherapy atau involved field radiotherapy saja
ØDerajat keganasan menengah (DKM)/Agresif Lymfoma
ØStadium I : kemotherapy (CHOP/CHV mp/BU) + Radiotherapy
ØStadim II – IV : Kemotherapy parenteral kombinasi, radio therapy berperan untuk tujuan paliasi
ØDerajat kegansan tinggi (DKT)
DKT limfoblastik (LNH – Limfoblastik)
ØSelalu diberikan pengobatan seperti leukemia lymfoblastik acut (LLA)
ØReevaluasi hasil pengobatan dilakukan pada :
1.Setelah siklus kemotherapy keempat
2.Setelah siklusn pengobatan lengkap
PENYULIT
ØAkibat langsung penyakitnya :
a.Penekananterhadap organ, khususnya jalan nafas, usus dan saraf
b.Mudah terjadi infeksi, bisa total
ØAkibat efek samping pengobatan
a.Aplasi sunsum tulang
b.Gagal jantung akibat golongan obat antrasiklin
c.Gagal ginjal akibat sisplatinum
d.Kluenitis akibat obat vinkristin
e.dll
A.KONSEP DASAR KEPERAWATAN
Pengkajian
A.Pengumpulan data
a.Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, agama , suku dana kebangsaan, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor regester, tanggal Masuk Rumah Sakit , diagnosa medis
b.Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan adalah nyeri telan
c.Riwayat penyakit sekarang
ØAlasan MRS
Menjelaskan riwayat penyakit yang dialami adalah pasien mengeluh nyeri telan dan sebelum MRS mengalami kesulitan bernafas, penurunan berat badan, keringaty dimalam hari yang terlalu banyak, nafsu makan menurun nyeri telamn pada daerah lymfoma
ØKeluhan waktu didata
Dilakukan pada waktu melakukan pengkajian yaitu keluhan kesulitan bernafas, dan cemas atas penyakit yang dideritanya
ØRiwayat kesehatan Dahulu
Riwayat Hypertensi dan Diabetes mielitus perlu dikaji dan riwayat pernah masuk RS dan penyakit yang pernah diderita oleh pasien
d.Riwayat kesehatan keluarga
Terdapat riwayat pada keluarga dengan penyekit vaskuler : HT, penyakit metabolik :DM atau penyakit lain yang pernah diderita oleh keluarga pasien
e.ADL
ØNutrisi : Perlu dikaji keadaan makan dan minum pasien meliputi : porsi yang dihabiskan susunan menu, keluhan mual dan muntah, sebelum atau pada waktu MRS, dan yang terpenting adalah perubahan pola makan setelah sakit, terutama menyangkut dengan keluhan utama pasien yaitu kesulitan menelan
ØIstirahat tidur : dikaji kebiasaan tidur siang dan malam, berapa jam sehari dan apakan ada kesulitan waktu tidur dan bagaimana perunbahannya setelah sakit klien dengan LNH
ØAktifitas : Aktifitas dirumah ataua dirumah sakit apakah ada kesenjangan yang berarti misalnya pembatasan aktifitas, pada klien ini biasanya terjadi perubahan aktifitas karena adanya limfoma dan penuruna aktifitas sosial karena perubahan konsep diri
ØEliminasi : Mengkaji kebiasaan eliminasi alvi dan uri meliputi jumlah, warna, apakah ada gangguan.
ØPersonal Hygiene : mengkaji kebersihan personal Hygienemeliputi mandi, kebersihan badan, gigi dan mulut, rambut, kuku dan pakaian dan kemampuan serta kemandirian dalam melakukan kebersihan diri
f.Data Psikologi
Perlu dikaji konsep diri apakah ada gangguan dan bagaimana persepsi klien akan penyakitnya terhadap konsep dirinya
Perlu dikaji karena pasien sering mengalami kecemasan terhadfap penyakit dan prosedur perawatan
g.Data Sosial
Bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan bagaiman peran klien dirumah dan dirumah sakit
Pada klien dengan LNH mungkin terjadi gangguan interaksi sosial karena perubahan body image sehingga pasien mungkin menarik diri
h.Data Spiritual
Bagaimana persepsi klien terhadap penyakit dan hubungan dengan agama yang dianut
i.Pemeriksaan Fisik
Secara umum
ØMeliputi keadaan pasien
ØKesadaran pasien
ØObservasi tanda – tanda vital : tensi, nadi, suhu dan respirasi
ØTB dan BB untuk mengetahui keadaan nutrisi
Secara khusus :
Dilakukan secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi yamh meliputi dari chepalo kearah kauda terhadap semua organ tubuh antara lain
ØRambut
ØMata telinga
ØHidung mulut
ØTenggorokan
ØTelinga
ØLeher sangat penting untuk dikaji secara mendetail karena LNH berawal pada serangan di kelenjar lymfe di leher mel;iputi diameter (besar), konsistensi dan adanya nyeri tekan atau terjadi pembesaran
ØDada Abdomen
ØGenetalia
ØMuskuloskeletal
ØDan integumen
j.Pemeriksaan penunjang
Laboratorium. EKG, Rontgen thoraks serta therapy yangdiperoleh klien dari dokter
B.Analisa Data
Data yang dikumpulkan dikelompokkan meliputi : data subyektif dan data obyektif kemudian dari data yang teridentifikasi masalah dan kemungkinan penyebab dapat ditentukan yang menjadi acuan untuk menentukan diagnosa keperawatan.
C.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah tahap dari perumusan masalah yang menentukan masalah prioritas dari klien yang dirawat yang sekaligus menunjukkan tindakan prioritas sebagai perawat dalam mengahadapi kasus LNH.
Perencanaan
Membuat rencana keperawatan dan menentukan pendekatan yang dugunakan untuk memecahkan masalah klien. Ada 3 tahap dalam fase perancanaan yaitu menetukan prioritas, menulis tujuan dan perencanan tindakan keperawatan.
Pelaksanaan.
Pelaksanaan merupakan realisasi dari rencana keperawatan yang merupakan bentuk riil yang dinamakan implementasi, dalam implementasi ini haruslah dicatat semua tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien dan setiap melakukan tindakan harus didokumentasikan sebagai data yang menentukan saat evaluasi.
Evaluasi
Evaluasi adalaha merupakan tahapa akhir dari pelaksaan proses keperawatan dan asuhan keperawatan evaluasi ini dicatatat dalam kolom evaluasi dengana membandingkan data aterakhir dengan dengan data awal yang juga kita harus mencatat perkembangan pasien dalam kolom catatan perkembangan.